Sendirian di Nepal (Part 4) : Teman Perjalanan

by - 8:26 AM


Salah satu hal yang membuat Saya begitu menikmati Solo Trip adalah adanya kesempatan untuk bertemu dan mengenal banyak orang baru dari segala penjuru dunia. Itu membuat Saya merasa hidup.

Memang, belum tentu semua orang yang Saya jumpai itu baik. Tapi kalau punya kesempatan bertemu dengan orang-orang yang baik, itu lebih dari sekedar beruntung, it means I'm blessed

Seperti yang pernah Saya ceritakan pada part sebelumnya, kebanyakan orang yang Saya jumpai di Nepal sangat friendly dan helping. Tidak heran, ini kan negara wisata. Selain ramah, mereka rata-rata bisa berbahasa inggris meski tidak lancar. Saya ingin sedikit sharing pengalaman Saya berjumpa dengan orang-orang baru selama perjalanan di Nepal.

Ram Chandra

Couchsurfing mempertemukan Saya dengan Ram Chandra. Beberapa hari sebelum berangkat, Saya iseng membuat upcoming trip di website Couchsurfing. Niatnya cuma cari solo traveller lain yang bisa diajak share cost, tidak menyangka ada lebih dari 100 tawaran host lokal, atau sekedar meet up. Was-was juga nih sebenarnya.

Setelah stalking ini itu, Saya menemukan beberapa teman yang terpercaya, Ram salah satunya. Sejak masih di Surabaya, Saya sering tanya informasi tentang Nepal kepada Ram. Latar belakangnya sebagai karyawan disalah satu hotel di Nepal membuat pengetahuannya mengenai pariwisata cukup lengkap. Dia juga sangat baik, pintar, dan juga penganut Hindu yang taat. Bahkan saat di Nepal, dia banyak membantu Saya. Mencicipi Momo terlaris di kota adalah idenya, termasuk mengajak Saya ke Pasupatinath, tempatnya beribadah. Sayang sekali Saya tidak sempat menunjungi kampung halaman Ram yang dengan bangga selalu diceritakan : Nagarkot. 

It was a great pleasure that I met Ram. He threat me like family, truly represents an essence of Nepalese hospitality!


 

Vietnam Girls

Ingatan Saya memang seperti ikan Dory, gampang sekali lupa. Dan jujur, Saya lupa nama dua gadis Vietnam ini (karena terlalu sulit spelling-nya). Tapi Saya tidak mungkin lupa bagaimana kami bertemu saat di ruang tunggu KLIA. Hampir seluruh ruangan dipenuhi laki-laki berwajah India. Sepertinya cuma Saya satu-satunya peremuan yang duduk diantara mereka sampai beberapa waktu kemudian datang dua gadis itu dan duduk disebelah Saya. Lega rasanya ... Dari situ kami janjian untuk sharing perjalanan di Nepal meski ternyata cuma bersama dari bandara sampai ke Thamel saja :p


Driver taksinya mirip orang Indonesia ya, guys :)

Keluarga Rhomme

Perbaikan jalan dan kemacetan menuju Nayapool membuat schedule pendakian Saya menjadi terlambat. Keterlambatan itu mengakibatkan Saya masih berjalan saat hari sudah gelap. Tidak ada satupun orang yang lewat sejak matahari tenggelam. Saya berjalan tanpa sama sekali berpapasan dengan orang lain, ataupun melihat cahaya lampu dari kejauhan. Sangat sunyi. Saya bahkan hampir saja tersesat saat melewati jalan percabangan. Syukurlah saat itu Saya melihat cahaya lampu rumah yang sepertinya semakin lama semakin dekat dari tempat Saya berjalan.

Saya mengikuti cahaya itu hingga sampai ke sebuah desa  bernama Rhomme. Tidak banyak rumah disana, dan hanya ada 2 rumah yang diterangi cahaya lampu. Chhomrong, desa tujuan Saya masih sekitar 1 jam perjalanan lagi dan saat itu waktu sudah lewat jam 7 malam. Udara malam sangat dingin, Saya tidak ingin berjalan lagi. 

Rumah terang itu milik sebuah keluarga. Tidak satupun diantara mereka yang lancar berbahasa inggris. Namun, melihat muka Saya lelah, mereka berusaha menawarkan tumpangan untuk istirahat. Semangkuk garlic soup, dua butir telur rebus, dan segelas susu dibuatkan untuk Saya oleh sang mama. Mereka sederhana namun sangat hangat, it was my lucky day.

 

 

Bernard, Adrian Liew, Kaylee, and their Guide (also Saori)

Ribuan tangga Chhomrong menuju Dovan membuat pendaki berjalan lebih lambat apalagi dengan carrier besar dipunggung. Saat menemukan tempat teduh, biasanya Saya berhenti untuk istirahat. Disanalah Saya bertemu dengan Bernard, Adrian, dan Kaylee (dua rombongan berbeda) beserta para guide dan porter mereka. 

Selama dua hari kami berjalan hampir selalu beriringan, kami terlihat seperti rombongan. Kebetulan kami berhenti dan beristirahat di penginapan yang sama baik di Dovan maupun Machapurche. Bersama mereka, Saya jadi punya teman ngobrol  yang menyenangkan. Mengikuti guide mereka yang sudah profesional, setidaknya Saya dijamin tidak akan tersesat lagi. Sayang sekali, kami terpisah saat perjalanan turun setelah berhasil sampai di puncak ABC.


Tidak sedikit pendaki yang memandang Saya aneh karena sendirian berjalan menuju Annapurna Base Camp. Kadang sampai minta foto bareng -_- Mungkin karena postur Saya nggak terlalu meyakinkan jadi mereka heran. Saat diperjalanan menuju Kimche, Saya melewati seorang perempuan yang dari wajahnya sudah pasti orang Asia. Karena merasa senasib, Saya ajak dia bareng tapi dia menolak. Belakangan Saya tahu, dia menolak karena tidak bisa berbahasa inggris.

Kami bertemu lagi di Machapurche Base Camp (MBC). Saat itu Saya tidak kebagian kamar dipenginapan sehinggga harus sharing dengan orang lain. Wanita asal Jepang itu bernama Saori, kami menjadi teman sekamar di MBC. Meski lebih tua, Saori terlihat masih kuat sekali berjalan. Saori sangat pendiam, mungkin karena keterbatasan bahasa. Yang paling berkesan dari Saori, dia rajin mencatat segala hal yang ditemui dalam perjalanan dengan huruf kanji yang sangat rapi. Bahkan Saori mengambar apa yang dilihat pada catatannya karena tidak membawa kamera. Selain catatan, semalaman dia begadang menuliskan pesan diatas kartu pos bergambar view ABC untuk oleh-oleh. Unik.




David Finn

Hanya ada satu orang yang masih asik bekerja dengan laptopnya saat yang lain menikmati suasana atau makanan di MBC. David Finn, geologist asal Amerika yang dari Saya tiba sudah duduk sendirian di pojok ruangan serius mengerjakan sesuatu, mengingatkan Saya pada kerjaan kantor yang ditinggal sementara :"

Ketika ruangan semakin sepi, kami yang tersisa di ruang makan ngobrol-ngobrol menghabiskan waktu. Dave, kemudian bergabung saat kami membicarakan Indonesia. Menarik, ternyata Dave sering sekali datang ke Indonesia untuk penelitian tesisnya. Sejak bergabung, dia tidak pernah berhenti bercerita.

Ini bukan pertama kalinnya Dave mengunjungi ABC. Dia sudah beberapa kali ke Nepal dan kali ini dia akan stay selama satu bulan. Atas pengalaman dan sikapnya yang sangat menyenangkan, Saya mengajak Dave berjalan bersama untuk mengejar sunrise di ABC.

Jarak MBC ke ABC tidak terlalu jauh, medannya sedikit hilly tapi relatif landai. Udara pagi yang sangat dingin membuat jarak itu terasa jauuuuuh sekali. Beberapa kali Saya ingin sekali berhenti atau kembali lagi ke MBC. Luar biasa hampir beku meskipun baju sudah lapis enam. Sementara itu, Dave tetap tidak berhenti bicara, menceritakan bagusnya view di atas ABC, termasuk menyemangati Saya yang semakin sulit berjalan.

Sampai di ABC, Dave memberi Saya hadiah karena tidak menyerah. Secangkir Hot Chocolate, reward terbaik untuk menghangatkan badan yang rasanya sudah seperti es batu. Lagi-lagi merasa beruntung.

Setelah turun dari ABC, kami langsung turun menuju desa Bamboo dan bermalam disalah satu penginapan disana.  Hari berikutnya, kami melanjutkan perjalanan hingga ke Chhomrong. Selama perjalanan, Dave seperti radio yang terus bicara menceritakan banyak sekali hal-hal menarik dan seru. He has a good sense of humor as well. Perjalanan panjang jadi terasa sangat singkat. Kami berpisah di Chhomrong setelah farewell makan Tuna Pizza terenak di ABC.




Sebenarnya banyak sekali perjumpaan dengan orang-orang yang berkesan. Seperti saat bertemu dengan sepasang Kakek Nenek berusia lebih dari 80 tahun tapi jalannya lebih kuat dari Saya. Iya, 80 tahun tapi naik tangga kaya mau lari aja.

Saya juga senang sekali bertemu dengan anak-anak kecil. Untuk pergi ke Sekolah, setiap hari mereka melewati ribuan tangga Chhomrong yang seketika bikin kurus tanpa perlu diet. Anak-anak yang belum sekolah biasanya main masak-masakan, petakumpet, atau apalah.. sebenarnya sama dengan di Indonesia.


Si Kakek nggak mau difoto, Nenek aja yang mau :p
 




Ami dan teman-teman dari Malaysia

Sepuluh hari di Nepal, Saya jarang ketemu orang Indonesia (selain dua orang fotografer Jogja). Saya selalu excited setiap melihat wajah yang sepertinya sebangsa, selalu Saya sapa.Beberapa kali menyapa, Saya salah. Rombongan yang disapa ternyata berasal dari Malaysia. Kami sering sekali tidak sengaja bertemu. Saat pendakian, saat belanja di Thamel, dan saat di Bandara. Akhirnya kami pulang juga dengan pesawat yang sama.

Meski baru kenal, kami langsung akrab karena seumuran. Empat jam di pesawat, kami ngobrol, berbagi makanan, hingga akhirnya mereka mengajak Saya menginap dirumah mereka. Memang, waktu transit Saya cukup lama, 24 jam. Menunggu di airport  akan sangat membosankan. Saya setuju, toh belum pernah ke Malaysia juga.

Sampai di rumah Ami, Saya dikenalkan dengan keluarga besarnya. Sedang ada acara keluarga di rumahnya, jadi semua saudara berkumpul. Saya pikir akan awkward, diluar dugaan mereka menyambut dengan sangat hangat, padahal Saya datang dengan penampilan anak gunung yang korep abis.

Keluarga Ami baik sekali. Ibunya masih ada keturunan Jawa, jadi bisa sedikit berbahasa Jawa. Adik,kakak, dan Ayah Ami juga sangat menyenangkan. Saya sama sekali tidak merasa diperlakukan sebagai tamu, melainkan sebagai keluarga. Sebelum pulang, mereka membelikan Nasi Lemak yang enak sekaliiiiiiiiiii. Meskipun tidak suka nasi, Saya makan semua sampai habis sebagai tanda terima kasih atas ketulusan mereka.
 

Bertemu dengan mereka tidak hanya membuat saya merasa percaya, Saya akan terus dihubungkan dengan orang-orang baik selama Saya pergi dengan niat yang baik. Bertemu mereka sedikit banyak juga telah mengubah hidup dan cara Saya berpikir. Kita bisa belajar dari siapapun kan?

Yang pasti, Saya nggak pernah merasa sendirian meskipun pergi sendiri. So, don't worry ..


Terima kasih sudah membaca :) 

You May Also Like

7 comments

  1. Aku suka sama part yang ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayanya kamu udah waktunya nyoba solotrip deh :p

      Delete
    2. Hi... ini tripnya berapa lama ya sis? Bolehkan share lebih detailsnya? Pleaseee...

      Rinjani,
      drinjani20@yahoo.com

      Delete
  2. hai boleh tanya ini bulan apa ya?

    ReplyDelete
  3. Halo ka ,pergi ke nepal diwajibkan beli tiket pulang pergi dan booking hotel untuk menunjukan kepada pihak imigrasi? Mohon dijawab🙏🏻 terimakasih sebelumnya😁

    ReplyDelete
  4. Seru bangeettt!!!

    ReplyDelete